PSIKOLOGI KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kognisi manusia, ditinjau dari sudut
pandang perkembangan, adalah hasil dari rangkaian tahap-tahap perkembangan yang
dimulai sejak tahun-tahun awal permulaan pertumbuhan pada tahap awal. Presepsi,
memori, bahasa, dan proses berfikir kita dikendalikan oleh struktur genetik
dasar yang kita warisi dan perubahan yang kita alami sebagai tanggapan terhadap
permintaan lingkungan yang muncul dalam berbagai interaksi fisik dan sosial.
Intinya, kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang
teratur sejak bayi hingga masa dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif
mengalami penurunan pada masa tua. Perubahan-perubahan ini dapat terjadi
sebagai akibat proses-proses pematangan atau kemunduran neurologis dan fisik individu;
keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan pendidikannya; serta sebagai akibat
interaksi antara perubahan fisik individu dengan lingkungannya.
Berdasarkan salah satu sudut pandang
dari dikotomi sifat dasar (nature) dan
hasil proses pengasuhan (nurture), beberapa
psikolog berprinsip bahwa bayi sama sekali bebas dari kecenderungan bawaan, dan
murni dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidupnya. Pandangan semacam ini
disebut tabula rasa atau “kertas
kosong.” Sementara itu, sebagian psikolog lain berpandangan bahwa bayi memiliki
potensi-potensi fisik dan neurologis yang bersifat bawaan, dan perkembangan
kognitif merupakan hasil interaksi struktur bawaan tersebut dengan dorongan dan
permintaan lingkungan. Sementara, pandangan umum tentang sisi “nurture” pernah diradikalisasi oleh
kaum behavioris menuju pemahaman bahwa semua perilaku merupakan hasil
pembelajaran operant, hasil-hasil temuan dewasa ini menunjukan adanya pengaruh
komponen genetik yang cukup besar dalam perkembangan manusia. Alangkah lebih
amannya untuk menyimpulkan bahwa kognisi dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Kita bentuk skema biologis kita yang diisi oleh
pengalaman-pengalaman kita.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan
masalah secara umum merupakan perkembangan kognisi sepanjang rentang kehidupan
individu pertama kali dirintis oleh penelitian Jean Piaget dari Swiss dan teori
yang dikembangkan oleh Lev S. Vygotsky dari Rusia. Yang mencakup :
·
Intelegensi dan kemampuan
·
Kemampuan akuisisi-informasi
·
Kognisi tingkat lanjut
·
Pembentukan Prototipe pada anak
C. Tujuan Penulisan
Makalah
ini ditulis agar mahasiswa memahami perkembangan kognitif dan mandapatkan
gambaran mengenai bagaimana sudut pandang kognitif berguna untuk memahami
beberapa aspek penting perkembangan manusia.
BAB II
ISI
A. TEORI PERKEMBANGAN PIAGET
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut
Piaget seperti yang dikutipWoolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi social berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
·
Tahap –
tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak kedalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahuns ampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Pada masa ini terdapat beberapa karakteristik, seperti: dunianya terbatas pada saat sekarang dan disini, belum mengenal bahasa, belum memiliki pikiran pada masa-masa awal, belum mampu memahami realitas objektif.
2.Tahapan pra-operasional
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan,
Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif
baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah
prosedu rmelakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek, pikirannya
bersifat egosentris, pemikirannya didominasi oleh persepsi, intuisinya lebih
mendominasi daripada pikiran logisnya, belum memiliki konservasi
3. Tahapan operasional-konkret
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai dua belas tahun dan mempunyai ciri berupa kemampuan konservasi, kemampuan mengklasifikasikan dan menghubungkan pemahaman tentang angka, berfikir konkret, dan perkembangan pikiran tentang reversibilitas.
4.Tahapan operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia.
B. TEORI VYGOTSKY TENTANG PENGEMBANGAN BAHASA
Teori Vygotsky menolak
determinasme biologis yang ketat dan menyatakan bahwa perkembangan didahului
pleh proses belajar. Pikiran dan bahasa diyakini Vygotsky sebagai dua hal yang
tidak saling tergantung, di mana pikiran terbentuk secara biologis, sementara
bahasa merupakan bentuk sosial. Integrasi terjadi ketika anak-anak
menghubungkan pikiran, bahasadan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
melalui aktivitas pemberian nama.
Teori Vygotsky tentang Bahasa
Tahapan
|
Fungsi
|
Sosial (eksternal)
|
Mengontrol prilaku
orang lain
|
(sebelum usia 3 tahun)
|
Mengekspresikan
pikiran-pikiran dan emosi-emosi sederhana
|
Egosentris
|
Fase antara bicara
eksternal dan internal
|
(Usian 3 – 7 tahun)
|
Mengontrol prilaku,
tetapi ekspresikan dengan keras
|
Internal (inner)
|
Pembicaraan dengan
diri sendiri (self-talk) yang
memungkinkan pemikiran terarah
|
(Usia 7 tahun ke atas)
|
Bahasa melibatkan
fungsi mental yang lebih tinggi
|
|
|
C. ANALISIS MASALAH
Ø Perkembangan Kemampuan Kognitif
a) Inteligensi
Suatu metode yang digunakan oleh psikologi perkembangan untuk membedakan
dasar genetik intelegensi dan pengaruh lingkungan adalah penelitian pada anak
kembar. Dalam penelitian jenis ini, kembar fraternal ( atau kembar dua telur)
dengan ciri genetik yang mirip dan kembar identik ( atau kembar satu telur )
dengan ciri genetik yang sama diikuti perkembangannya untuk menemukan pengaruh
faktor lingkungan terhadap trait.
Korelasi antara kemampuan anak angkat dan orang tua kandung atau orang tua
angkatnya dibuat berdasarkanide bahwa pengaruh biologis mungkin akan tampak
berbeda dengan faktor lingkungan. Data ini menunjukan besarnya pengaruh genetik
terhadap kemampuan mental dan intelegensi. Tampak pula kecenderungan pengaruh
genetik yang tidak diharapkan meninggkat selama masa kanak-kanak, dan pada
pengetahuan usia belasan tahun, pengaruh hereditas sangat tinggi. Faktor
genetik memegang peranan penting dalam menentukan kemampuan verbal dan spasial
pada anak. Sementara observasi penting, perlu dicatat bahwa bentuk spesifik
perilaku manusia, terutama anak-anak, juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia tumbuh.
b) Kemampuan Akuisisi-Informasi
Pada tahap awal perkembangan kognisi, anak secra efektif memperhatikan,
mempersiapkan, dan mencari informasi yang relevan di lingkungannya.
Sebagian besar tema psikologi kognitif moderen yang meliputi perhatian
selektif, identifikasi wajah, memori, kognisi tingkat lanjut, dan informasi
prototipe muncul secara berulang dalam literatur perkembangan.
§ Atensi/Perhatian Selektif (selective attention)
Perhatian
selektif mengacu pada kemampuan untuk memfokuskan pada informasi yang relevan.
Anak-anak lebih mudah untuk teralih perhatiannya dan lebih fleksibel untuk
menyebar perhatiannya pada informasi-informasi, baik yang relevan, maupun yang
tidak relevan. Ketika selektivitas tingkat tinggi dibutuhkan, anak yang lebih
besar lebih mampu untuk berfokus pada hal-hal yang relevan, dan mengabaikan
hal-hal yang tidak relevan, sementara anak kecil masih memiliki kesulitan dalam
hal ini. Sebaiknya lebih sedikit dibutuhkan, anak yang lebih besar dan
cenderung mengambil banyak informasi yang relevan.
§ Perhatian pada Wajah (facial attention)
Topik menarik dalam psikologi kognitif adalah mengenai
ciri pemandangan visual apakah yang diperhatikan orang. Karena bayi semakin
familiar dengan wajah orang (terutama wajah ibunya) pada usia yang sangat dini,
para psikolog perkembangan kognitif telah meneliti perhatian terhadap wajah.
Dari hasil penelitian yang lain, diketahui bahwa ada
bagian tertentu dalam otak manusia yang berimplikasi pada kemampuan manusia
mempesepsi wajah manusia sebaik binatang lain (misalnya monyet). Hal ini konsisten
dengan sudut pandang biologis atau bertahan hidup (survival) untuk menyimpulkan bahwa persepsi wajah adalah sarana
penting awal untuk merekognisi tanda-tanda kritis selama menit-menit pertama
setelah kelahiran. Setelah perkembangan bayi semakin matang, pembelajaran
mengenai tanda-tanda wajah signifikan yang lain tampaknya berlangsung hingga
saat ini, seorang anak membentuk diskriminasi wajah yang jelas dan kekerapan
mengekspos berdasarkan preferensi pada orang tua, anggota keluarga, dan pemberi
perhatian yang lain.
§ Memori
Anak-anak usia dini dan bayi memiliki kapasitas
memori, tetapi diragukan bahwa memori yang reliabel telah terbentuk, atau dapat
diingat kembali, sebelum individu mencapai usia dua tahun.
Pengalaman yang paling banyak diingat di kemudian hari
adalah pengalaman sepanjang rentang usia 10 hingga 30 tahun.
§ Kognisi tingkat lanjut (Higher-Order Cognition) pada anak
Telah banyak diketahui bahwa higher order cognition terdapat baik pada anak dan orang dewasa.
Suatu pendekatan untuk menemukan litelatur perkembangan tentang higher order cognition, dari memori
hingga kreativitas.
ü Struktur pengetahuan dan memori
Mandler(1983) yang membahas gramatika cerita pada anak
berpendapat bahwa cerita memiliki suatu struktur yang ditekankan, meliputi:
komponen setting, tokoh utama dan pengantar berupa informasi yang melatar
belakangi, diikuti dengan satu atau beberapa episode yang membentuk struktur
plot kerangka cerita. Tiap episode memiliki beberapa jenis awal, atau
permulaan, peristiwa, dimana tokoh utama beraksi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam usia yang sangat muda
partisipan cukup kesulitan untuk membuat skema cerita, di mana mereka melakukan
encoding terhadap pengalamannya.
ü Berfikir metaforis
Sejauh yang dapat diungkap, bayi hingga usia setahun
belum memiliki kemampuan untuk bermain
pura-pura. Setelah usia enam tahun, mereka tampaknya secara umum lebih menyukai
permainan lain. Walaupun demikian, kecenderungan normal awal untuk menciptakan
dunia fantasi tampaknya tetap ada, namun tidak begitu dipahami oleh orang
dewasa. Tampaknya perkembangan kemampuan intelektual, kreativitas, dan imagery berhubungan dengan pemikiran
metaforis pada anak.
ü Membayangkan (Imagery)
Representasi pada orang dewasa lebih didasari oleh
arti semantik, sedangkan pada anak lebih didasari oleh persepsi. Kosslyn (1983)
berpendapat, bahwa jika seorang anak belum menyimpan jawaban dalam pikirannya,
maka imagery akan digunakan untuk
menjawab pertanyaan.
Secara umum, Kosslyn menemukan bahwa orang dewasa
dapat memberikan reaksi lebih cepat dibandingkan anak-anak akibat kondisi ini.
Namun, waktu reaksi data untuk waktu reaksi relatif pada anak dan orang dewasa
sangat menarik dan diperiksa. Partisipan yang diberi intruksi menjawab lebih
lambat dari yang tidak diberi intruksi. Hal ini menunjukan bahwa orang dewasa
cenderung meyimpan informasi dalam bentuk proposisi abstrak. Hasilnya
berkebalikan dengan anak-anak. Hal ini karena anak cenderung menggunakan imagery pada kedua kondisi.
Ø Pembentukan prototipe pada anak
Satu model alternatif untuk menyimpan semua konsep adalah ide bahwa kita
membentuk representasi konseptual. Penemuan terpentingnya Strauss adalah bahwa
bayi usia 10 bulan dapat mengabtraksikan prototipe wajah. Strauus juga
menemukaan bahwa bayi mengabstraksikan informasi dari wajah dan membentuk
representasi prototipik berbasis rereta contoh wajah.
Pembentukan prototipe mungkun dapat diartikan sebagai penyimpan berbagai
pengalaman yang sering dialami ke dalam “contoh terbaik” yang bersifat tunggal.
Abstraksi informasi verbal dan visual (yang disebut skema, gramatika,
pembentukan kategori, atau prototipe) adalah atribut penting dalam aktivitas
pemrosesan informasi pada anak, sebagaimana pada orang dewasa.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Perkembangan kemampuan kognitif terdiri dari
intelegensi, kemampuan akuisisi-informasi, kognisi tingkat lanjut dan
pembentukan prototipe. Perkembangan kognitif berfokus pada masa bayi hingga
anak-anak juga merupakan proses perekaman dan penyimpan informasi dalam memori.
Dijelaskan juga, perkembangan kerja otak pada anak-anakdalam mengingat kembali
peristiwa secara sistematis sesuai episode yang dimiliki, dan juga menjawab
pertanyaan menggunkan daya imajinasi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Solso, R.L (2001). Cognitive Psychology (6th ed). Boston. Allyn and Bacon
Comments
Post a Comment